Berjuta kata ingin kurangkai, tapi rasanya tak akan pernah cukup untuk menggambarkan rasa syukur ini karena telah memiliki seorang ibu sepertimu. Ibu yang sangat mengasihi putra putri dan keluarganya, yang tak pernah lelah mendidik putra putrinya agar menjadi manusia yang berbudi dan berguna.
Aku lahir di keluarga sederhana, ibuku hanyalah seorang petani biasa yang bekerja membanting tulang, berpanas panasan sepanjang hari demi membantu terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga. Ayahku seorang buruh/kuli bangunan yang seringkali mendapat jatah pekerjaan keluar desa atau kota, sehingga terpaksa ayah harus pulang ketika pekerjaannya telah selesai, terkadang beberapa minggu lamanya. Otomatis, Ibukulah yang memikul tanggung jawab mengawasiku. Di sela sela kesibukannya menggarap ladang, ibu selalu tak pernah lupa mengantar dan menjemputku ke sekolah. Maklum, sekolahku lumayan jauh dari rumah dan kami tempuh dengan berjalan kaki. Beruntunglah anak anak jaman sekarang dengan begitu banyak kemudahan. Motor dimasa kecilku adalah barang mewah yang tidak semua kalangan bisa memilikinya. Ketika waktu pulang sekolah tiba, ibu dengan setia menantiku, senyumnya selalu mengembang saat aku menghampirinya. Meskipun letih, tapi ibu tak pernah menolak ketika aku meminta gendong di punggungnya karena lelah berjalan. Aku selalu suka saat tanganku menggelayut manja di pundak ibuku. Sambil menggendongku, sepanjang jalan ibu tak henti bercerita banyak hal yang membuatku tertawa riang.
Ibu selalu mengajakku pergi ke ladang, karena ia khawatir jika meninggalkanku sendirian di rumah. Setiap kali ke ladang bersamaku, ibu membawa serta mainan, buku bacaan dan makanan agar aku tidak merasa bosan ketika menunggunya bekerja.
Meskipun ada gurat keletihan di wajahnya, ibu tak pernah mengeluh. Aku tahu, sebenarnya ibu sangat lelah setelah bekerja membanting tulang seharian. Ibu hanya ingin agar aku bisa sekolah dan mencapai cita citaku. Maklumlah, ekonomi keluarga kami pas pasan, sehingga mengharuskan ayah dan ibu untuk bekerja sekuat tenaga. Meski begitu, aku dan adik adikku tak pernah kehilangan kasih sayang mereka. Ibu bahkan rela kehilangan waktu istirahatnya hanya demi menemani kami, anak anaknya, sekedar bercerita atau mendengar kisah kami sepanjang hari.
Sungguh masa kecil yang penuh warna bersama ibuku. Namun kini, setelah aku dewasa, ibu tak lagi sanggup pergi ke ladang. Tenaganya telah renta dimakan usia. Namun nasehatnya tak pernah hilang ataupun berkurang dari ingatanku.
Aku bersyukur, meskipun telah lanjut usia, ibu diberi karunia sehat, ingatannya pun masih tajam. Aku berharap agar mereka sehat selalu.
Ibu
Terimakasih telah menjadi bagian terindah dalam hidupku.
Teruntuk "Mamak" di Magelang
No comments:
Post a Comment