Thursday, October 15, 2015
Ketika Seorang Ibu Terluka
This is my true story, tonight... :'( :'(
Untuk mengeluarkan beban di hati rasanya sangat sulit sekali. Tapi demi menenangkan diri, kucoba untuk menulis rangkaian kalimat ini.
Mendapati buah hati, jagoan kesayanganku, kakak Zayyan ku, anak laki lakiku pulang bermain dalam keadaan yang tak biasa, sungguh membuat sekujur tubuhku gemetar tak berdaya. Hanya kalimat istigfar, hanya nama Alloh yang terus terucap tanpa henti dari mulutku.
Kaki ini bahkan seperti tak punya daya lagi untuk menopang tubuh lunglaiku. Penyesalanku menumpuk, menambah berat beban batin ini, penyesalan seorang ibu yang tidak bisa menjaga buah hatinya, ya Alloh ampuni hamba :'(
Ketika dengan perlahan, kakak Zayyan membuka bajunya, dan memperlihatkan luka menganga di bagian dadanya, putingnya sobek hingga ke dalam, sampai terlihat gumpalan putih menyembul keluar. Darah membasahi bagian dalam bajunya.
Aku langsung histeris....!!!
Untunglah nalarku sebagai ibu mengalahkan egoku yang mendesak di dada ini untuk meluap dan lebur menjadi deraian tangis dan butiran air mata.
Kududukkan perlahan, aku mengambil air minum, sambil tanpa henti mulutku berucap istigfar. Kuberi kakak zayyan minum, dan kutanya sambil bergetar, apa yang terjadi hingga bisa seperti ini? Dengan wajah pucat pasi, dengan kalimat terbata bata, dia bicara, kalau baru saja dia jatuh dari sepeda dan luka tertusuk batu serta aspal yang tajam.
Tanpa berpikir panjang, aku dan suami langsung membawanya ke klinik untuk pertolongan pertama, tapi apa daya, dokter klinik tak mampu menanganinya, dan aku diberi rujukan ke rumah sakit besar. Oh Tuhan...semakin sakit dan terluka hatiku. Aku sangat takut anakku kenapa napa. Aku takutt sekali...Tuhan.
Akhirnya, anakku mendapat perawatan di IGD, mendapat banyak suntikan dan jahitan. Teriakan dan kulitnya yg menjadi pucat kehijauan masih terngiang hingga detik ini. Tangisannya masih membekas di hatiku. Makin dalam luka ini kurasakan.
Tapi untunglah, setelah melalui berbagai proses, anakku diijinkan pulang.
Dan di rumah, aku sangat benci...benci melihat sepeda itu teronggok di rumah, aku benci sepeda yang membuat anakku terluka.
Sejujurnya, aku menyesal atas semua yg terjadi, andai waktu bisa diputar kembali, tentu tak akan kuijinkan anakku bermain dan menaiki sepeda kesayangannya itu.
Tapi semua sudah terjadi, aku hanya berharap, harapan yg tulus dan sangat besar...semoga kakak Zay lekas diberi kesembuhan, sehat, dan ceria seperti biasanya. Mama sayang kamu, nak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment