Terkadang aku terlalu larut dan terbawa perasaan ketika merasa sedih atau bahagia berlebihan. Dan bisa dipastikan, jika yang berlebihan itu tidak baik dampaknya.
Suka duka dalam rumah tangga sudah sering kulewati, ada tawa, canda, amarah, diam seribu bahasa, hingga saling cerca. Kehidupan yang kami bangun memang baru seumur jagung, masih banyak hal yang harus kupelajari. Sejujurnya, kami masih sama sama sulit mengontrol ego masing masing. Jadi ketika amarah melanda, maka kebencian timbul dalam hatiku. Meski ku akui, saat aku bertanya pada hati terdalam, aku masih membutuhkan cintanya, kasih sayangnya, perhatiannya, dan amarahnya, walau bibir ini berkata lain, itu hanyalah ungkapan ego sesaat.
Pernah suatu hari, kami bertengkar, hingga ungkapan caci maki keluar dari mulutku. Dan kamu yang biasanya diam mendengar seribu omelanku, tiba tiba menggertakku. Jika saat itu status kami masih pendekatan, bisa dibilang aku 'patah hati' mendengar kata katamu. Entah berapa lama kami terdiam dan hanyut dalam pikiran masing masing. Sebuah kebiasaan yang sebelumnya tak pernah kami lakukan, tiba tiba kami bisa melakukannya, kamu pergi bekerja tanpa menghabiskan teh hangat yang kusiapkan, tanpa berbicara sepatah kata, dan tanpa ucapan salam.
Dan sebelum kamu sempat keluar halaman, aku buru buru meninggalkanmu tanpa kata. Tak biasanya juga aku pergi keluar rumah saat kamu belum berangkat bekerja, meski niatnya untuk berbelanja. Aku pergi ...dan kamu pun pergi. Benar benar tanpa kata.
Satu hari di rumah kulalui dengan berbagai perasaan sakit yang berkecamuk di dada. Aku benci kamu...kenapa kamu begitu, apakah kamu sudah tidak mencintaiku?, apakah kamu sudah tidak membutuhkanku?, ucapanmu menyakitkan, aku tidak bisa memaafkanmu, tapi aku ragu apakah aku bisa hidup tanpamu, bagaimana bisa kamu seperti itu.....
Semua pertanyaan itu terus berputar di dada dan memenuhi setiap jengkal pikiranku. Hari itu aku benar benar tidak bersemangat, patah hati, dan rasanya ingin menangis sekeras kerasnya.
Kupikir kamu disana pasti sudah melupakan kejadian tadi pagi. Kamu pasti lupa, karena kesibukan dan pekerjaan pasti membuatmu larut sehingga kamu dengan mudah bisa melupakannya. Belum lagi ditempat kerja, banyak teman dan sahabat yang bisa diajak ngobrol dan bicara, hhhh...kamu pasti sudah lupa :(
Nyatanya aku masih belum mengenalmu sepenuhnya, meski sudah bersamamu sekian lama. Saat aku masih berkutat dengan kesedihanku, tiba tiba kudengar suara motormu....kamu pulang....tak biasanya kamu pulang kerja di siang hari, di tengah pekerjaanmu yang sedang menumpuk. Raut wajahmu sekilas kulihat tak bersemangat dan seperti menyimpan beban yang teramat berat. Entah kenapa...melihatmu pulang hati ini terasa berdebar tak menentu, dan secuil bebanku tiba tiba berkurang.
Kami memang belum saling sapa, bahkan kukuatkan egoku untuk tidak bertanya kenapa kamu pulang secepat ini. Dan sepertinya kamu pun memilih bungkam. Dan kami tetap saling diam...tapi hanya untuk beberapa saat. Entah siapa yang memulai, semua mengalir begitu saja, tiba tiba ada perbincangan kecil di antara kami. Dan seketika itu juga, beban didada hilang, mencair entah kemana. Aku melihat raut wajahmu yang tadinya bertumpuk beban berubah menjadi ceria. Hanya karena sebuah perbincangan saja...
Oh Tuhan...apakah sebenarnya kami merasakan hal yang sama? Apakah kamu merasa tidak nyaman di kantor karena memikirkan pertengkaran kita?
Ternyata kami memiliki hati dan perasaan yang sama, kami saling cinta, kami masih saling peduli. Cinta memang tak bisa dimengerti, sebuah pertengkaran dalam rumah tangga kami selalu membuat kami patah hati, tapi kemudian kami bisa jatuh cinta lagi. Dari sini aku mulai belajar instrospeksi diri, untuk menerima segala kekurangannya, dan belajar menahan egoku.
Dan malam itu, terasa sangat indah...kami menikmatinya berdua, hanya berdua, dan akupun terlelap dalam dekapanmu.
Love U
No comments:
Post a Comment