Wednesday, May 3, 2017

#SMiLeinAja || Sebuah Masalah Bukanlah Alasan untuk Berhenti Tersenyum



Tulisan ini berbasis pada kisah nyata pengalaman pribadi penulis.

Hadapi Dengan Senyuman 

By : Dewa 

Hadapi dengan senyuman 
Semua yang terjadi 
Biar terjadi.... 
Hadapi dengan tenang jiwa 
Semua... Kan baik baik saja 
Bila ketetapan tuhan 
Sudah ditetapkan 
Tetaplah sudah.... 
Tak ada yang bisa merubah 
Dan takkan bisa berubah 

Reff 
Relakanlah saja ini 
Bahwa semua yang terbaik 
Terbaik untuk kita semua 
Menyerahlah untuk menang 

Masih ingat dengan lirik lagu dari band ternama era 90 an ini? Judul dan lirik lagunya berhasil menjadi salah satu penyemangat dan pengingatku ketika jatuh terpuruk. Tak mudah memang untuk menghadapi setiap masalah dengan besar hati, apalagi dengan tetap mengembangkan senyum manis di bibir. 

Basic to my true story
Setiap manusia pasti pernah mengalami suatu masalah, apapun itu jenis masalahnya, yang membedakan adalah bagaimana cara kita menghadapi dan menyikapi setiap masalah yang hadir dalam kehidupan. Terus terang, sejak kecil aku selalu mempunyai mimpi mimpi yang tinggi. Bahkan seringkali karena terobsesi mengejar mimpi, aku acap kali terjatuh, terlempar begitu dalam. Mulai dari kegagalan, menerima gunjingan masyarakat, hingga terpuruk dalam kesendirian. 
Lahir dari keluarga yang kurang mampu secara materi, untuk memenuhi kebutuhan hidup, ibuku setiap hari membuat dan menjual berbagai macam kue tradisional seperti kue lapis, wajik, hingga berjualan nasi bungkus di pasar. Sedangkan bapak menjadi buruh serabutan dengan bayaran yang tidak menentu. Jaman dulu, melanjutkan sekolah ke tingkat menengah pertama atau SLTP itu menjadi sebuah cita cita yang sulit diraih dalam keluargaku. Apalagi tanpa dukungan dari kedua orangtua. Aku bisa memaklumi, keadaanlah yang membuat mereka menyerah sebelum mencoba. Membayar biaya pendaftaran, uang gedung, membeli seragam, membayar SPP setiap bulan menjadi momok dalam bayangan bapak ibuku. Tapi bukan aku jika berhenti dan menerima nasib begitu saja.

Berbekal tekad yang kuat, aku berhasil lulus dari sekolah dasar dengan nilai terbaik di sekolah. Bu Hesti, wali kelasku sangat bangga sehingga beliau tidak sungkan sungkan memberiku uang saku. Dan dengan uang saku ini, aku nekat mendaftarkan diri ke sebuah SLTP Negeri favorit di kotaku. Uang perjalanan, uang pengambilan formulir, dan biaya biaya kecil lainnya kubayar menggunakan uang saku dari Bu Hesti. Hingga tiba pengumuman penerimaan siswa baru di sekolah itu, aku girang ada namaku tertera disana. Kabar baik ini langsung kusampaikan pada bapak ibu yang selama ini tidak mengetahui jika aku nekat mendaftar ke sekolah menengah pertama. Melihat semangat dan usahaku, bapak ibu akhirnya luluh, dan mengijinkanku melanjutkan sekolah. Well, itu salah satu mimpi kecilku dulu. Tantangan, rintangan, masalah jika disikapi dengan bijak malah akan menjadi pemicu semangat untuk bisa bangkit dan mencari solusinya.

Next.. 
Hidup terus berjalan, dan masalah selalu menjadi sahabat setia yang datangnya sering tidak terduga. Tapi saat itu, aku tetap teguh mengejar mimpiku. 
Aku terobsesi menjadi seorang Tentara Wanita (KOWAD), ini karena kotaku "Magelang" terkenal dengan julukan "Kota ABRI" sehingga hampir setiap hari ketika pulang sekolah, aku melihat barisan tentara wanita tampak cantik dan gagah dalam balutan seragam hijaunya. Apalagi saat itu keadaan ekonomi kedua orang tuaku semakin membaik.
Salah satu piagam penghargaan yang masih tersimpan
 
Masih lincah mempraktekkan gerakan bela diri hingga kini

Aku menyampaikan minatku untuk mendaftar menjadi Kowad ketika lulus sekolah nanti. Beruntungnya, orangtuaku mendukung cita cita besarku ini. Sejak itu, setiap pulang sekolah, seminggu 3x aku pergi berlatih renang tanpa mengenal lelah. Di hari Jumat sore dan minggu pagi, aku melatih kemampuan fisikku dengan masuk ke sebuah perguruan pencak silat. Betapa bersemangatnya diriku saat itu, tidak pantang menyerah dan tak kenal lelah. Saking seriusnya menekuni bela diri pencak silat, aku berkali kali diikutkan dalam pertandingan pencak silat di berbagai tingkat dan daerah. Menyabet gelar juara pernah kurasakan, bahkan piagam penghargaannya sampai saat ini masih tersimpan manis di file dokumenku. 

Mengejar cita cita menjadi Kowad ini menjadi tantangan berat buatku. Bukan hanya latihan fisik yang terus kujalani, tetapi ternyata mental juga diuji. Lahir dilingkungan keluarga yang notabene keluarga biasa, tidak ada saudara atau anggota keluarga lain yang berkecimpung di dunia militer membuatku mendapat banyak cibiran dari berbagai pihak. Banyak yang bilang, aku seperti "pungguk merindukan bulan", cita cita dan mimpiku terlalu tinggi. Berbagai nasihat silih berganti mampir dikehidupanku yang saat itu masih berstatus remaja pelajar SMA. Tapi seperti biasa, tekad dan semangatku sekuat baja. The show must go on...
Tapi seperti biasa, manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan...

Hingga hari itu pun tiba.......

Entah kenapa, hari itu aku terburu buru. Dan hari itu menjadi hari terburuk dalam hidupku. Sepulang berlatih renang, karena terlalu lelah, aku tidak terlalu berkonsentrasi mengendalikan laju motorku. Aku mengalami kecelakaan tunggal... 
Dan mirisnya, kecelakaan itu terjadi beberapa hari menjelang tes seleksi masuk kowad. Lebih parahnya lagi, tangan, kaki, hingga wajahku mengalami luka parah. Aku bahkan tidak sadar selama beberapa hari. Dan ketika tersadar, aku benar benar tidak sanggup menerima kenyataan, aku berteriak meratapi nasibku, menangis setiap hari, dan menyesali diri. Kenapa hari itu aku tidak hati hati? kenapa harus terburu buru? kenapa aku harus memaksakan diri naik motor padahal badan sedang dalam keadaan yang kurang fit?
kenapa? kenapa? kenapa?
Bagaimana dengan impianku? Kenapa aku harus kalah sebelum berjuang? 
Hingga keluar dari rumah sakit, aku terus mengurung diri di dalam kamar. Mereka yang baik, terus mendukung dan menyemangatiku untuk pulih dan kembali seperti dulu. Sedangkan mereka yang tidak menyukaiku, silih berganti menyalahkan kelalaianku. Aku benar benar jatuh, terlempar begitu jauh. Dengan keadaanku setelah kecelakaan itu, menjadi Kowad hanyalah sebuah "mimpi". Sia sialah usaha dan kerja kerasku selama bertahun tahun. Bayangkan...saat itu aku hanya seorang remaja usia 19 tahun.  

Setiap hari bapak ibu tak lelah menghiburku, tak jarang kulihat mereka menangis berdua di kamar. Sering kudengar isak tangis ibu dan kesedihan bapak, mereka sangat sedih dan kuatir melihat kondisiku. Entah bagaimana aku akan bangkit dari keterpurukan itu.
Dan beruntungnya, aku masih tetap putri mereka yang selalu punya mimpi. Aku berusaha bangkit dan tersenyum. Lihatlah, bapak ibu yang menyayangiku sedih dan meneteskan airmata karenaku. Nasi sudah menjadi bubur, kecelakaan itu sudah terjadi, dan waktu tidak mungkin bisa diputar kembali. Mereka yang mendukungku tidak boleh bersedih karena ini. Dan kenapa aku menyelipkan lirik lagu "Dewa" diawal tulisan ini? Karena lagu ini yang menjadi inspirasiku untuk bangkit dan tetap tersenyum untuk orang orang yang kucintai. Bukankah inspirasi bisa datang dari mana saja?, termasuk dari sebuah lagu? "Hadapi dengan senyuman...semua yang terjadi, biar terjadi...hadapi dengan tenang jiwa..."

Dengan susah payah aku berhasil bangkit dari masa masa sulit, meski mimpiku hanya tinggal mimpi mimpi yang tak akan teraih. Tapi aku percaya, akan ada jalan lain sesuai rencana-Nya. Buktinya hingga saat ini, aku masih semangat menjalani hidup. Setiap masalah yang datang tak lantas membuatku jatuh, berkaca dari kejadian masa lalu, membuatku belajar lebih bijak menyikapi, belajar menerima kenyataan sepahit apapun dengan lapang hati, mencoba tersenyum meski dalam keadaan sulit, dan yang pasti semangat meraih mimpi yang ada dalam diriku tidak pernah pudar sampai saat ini. So, tersenyumlah untuk mereka yang menyayangimu, karena jika kita terluka, jatuh dan sakit, mereka yang mencintaimu pun akan merasakan hal yang sama. Ayo belajar bangkit dari setiap masalah, dan tetap tersenyum. 


Aku dan Ibu #SMiLeinAja               
Apa yang terjadi denganku di masa lalu menjadi pelajaran berharga hingga saat ini dan selamanya. Di usia yang masih belia, aku sanggup menghadapi tantangan besar, kenapa sekarang harus menyerah jika menghadapi masalah? Lihatlah, biarpun aku tidak berhasil meraih cita citaku, tetapi aku tetap tersenyum, dan akan terus tersenyum untuk orang orang yang menyayangiku, terutama ibu, bapak dan juga keluargaku. 
Memang benar, kedewasaan bukan hanya ditentukan oleh umur, tapi juga seberapa bijak mengatasi sebuah masalah. Berbekal pengalaman di masa lalu, menjadikanku lebih bijak dalam menyikapi setiap tantangan hidup. Tidak mudah menyerah, terus berusaha untuk menggapai mimpi. Life must go on... Jika bukan aku, mungkin anak anak atau cucuku nanti yang akan meneruskan impianku. #SMiLeinAja













2 comments:

  1. Ceritanya bikin 😢

    Tp baru tau mbak kalo cita2nya kowad. Ttp semangat ya, insyaAllah Allah nyiapin jalan yg lbh keren di depan :)

    Peni.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cita cita dan obsesi waktu remaja mba, 😊😊,
      Makasih ya mba peni, udah mampir disini^^
      Ayo ikutan sekalian mba

      Delete