Tuesday, November 14, 2017

KONTRAKTOR : Lika Liku Tukang Ngontrak



Image result for KONTRAKAN
Gambar rumah kontrakan

Pernah ngga sih lo berpikir, kalau didunia ini masing masing manusianya punya nasib yang ngga sama? Lo kaya, sukses, cantik, pintar... duuh sempurna banget hidup lo.., sementara dibelahan dunia sana ada yang bernasib seratus persen kebalikan dari nasib lo? Itulah dunia, kalau ngga berwarna sepertinya ngga seru. Tapi bukan berarti lo harus menganggap keadaan ini sebagai suatu hal yang biasa saja. Kalau bisa sih.. lo wajib untuk tetap punya rasa... tenggang rasa, tepo sliro kata orang jawa, saling menghormati, menghargai, dan jika lo punya rejeki lebih, ngga ada salahnya buat berbagi. Karena di luar sana ada banyak orang orang yang harus berjuang untuk bisa hidup hari ini.

Kali ini gue mau ngebahas tentang suka duka hidup seorang kontraktor.
Jangan lo bayangkan kontraktor itu yang punya bisnis bangun apartemen or perumahan mewah. Kontraktor yang gue maksud disini adalah mereka mereka yang tinggalnya masih ngontrak dengan berbagai alasan.
Gue sering banget mendapati stigma, orang yang rumahnya ngontrak itu masih dipandang remeh, dipandang sebelah mata sama mereka yang sudah sukses tinggal di rumah sendiri. Apalagi mereka mereka yang ngontrak ini statusnya sudah berkeluarga, duuuh... cap ngga mampu sering banget mampir di kehidupannya. Ngontrak disini bukan ngontrak di rumah mewah atau nyewa apartemen pribadi ya. Tapi yang benar benar pure ngontrak di rumah petak, ada yang cuma satu pintu alias satu kamar multi fungsi, kamar dan dapur menyatu dalam satu ruangan. Ada juga yang ngontrak rumah tiga pintu, ada ruang depan, kamar, dan paling pojok belakang itu dapur, kalau yang ini lumayanlah... meskipun dalam prakteknya, tiga ruangan sempit ini dihuni oleh satu keluarga, dimana anak anak tidak akan bisa leluasa berlari didalamnya. Jangankan berlari, berjalan aja bisa tabrakan saking sempitnya.

Image result for tetangga kontrakan kartun

Jujur ye...gue juga seorang kontraktor, jadi gue sudah puas makan asam garam kehidupan ngontrak ini. Dari jaman baru nikah dapat sehari langsung mandiri, pisah dari orang tua tanpa dibekali apa apa. Maklum saja, namanya hidup di desa, dapat suami yang kerjanya di kota besar. Orangtua gue pasti beranggapan kalau kehidupan anaknya akan baik baik saja bersama suaminya. Tapi bukan hidup namanya kalau ngga ada perjuangannya. Datang ke Jakarta tanpa bekal apa apa, duit suami juga menipis di tanggal muda karena gaji dan tabungannya sudah habis untuk membiayai persiapan nikah di kampung. 
Lanjut ye... kita ngontrak nih, dapat yang tiga pintu, lumayanlah... cukup lega untuk tinggal kita berdua, meski kamar mandi letaknya ada di luar kontrakan. Punya tetangga baru banyak banget yang sama sama ngontrak. Banyak banget lika likunya. Mulai dari tetangga yang hobi kepo akut dengan kehidupan tetangga tetangga lainnya. Ada tetangga yang punya hobby menggosip tiap sore hari, ada yang baik juga, ada yang ngga peduli dengan lingkungan sekitarnya, pokoknya nano nano lah rasanya. Sering banget kejadian tetangga yang satu berantem dengan tetangga yang lain di satu kontrakan ini hanya karena masalah sepele. Uuuh... yang jelas kalau hidup ngontrak dan di kanan kirinya banyak tetangga yang sama sama ngontrak, wajib kuat mental, tahan banting, dan ngga usah sok ikut ikutan apalagi kepo. Jalani saja kehidupan kita, ibarat kata ikuti saja air mengalir. Jangan melawan arus kalau ngga ingin dapat musuh. Sudah! kehidupan lo dikontrakan pasti damai.

Kadang sayang juga ya..duit tiap bulan dipakai buat bayar kontrakan. Kalau ditabung kan lumayan tuh, buat kredit motor malah udah lunas berkali kali.Tapi mau gimana lagi, nasib dan keberuntungan belum berpihak.Dibalik ketidaknyamanan tinggal di rumah kontrakan, juga ada hal positifnya kok. Gue jadi punya banyak temen, sodara, tetangga dari berbagai latar belakang. Ada yang dari Ambon, Medan, Yogjakarta, Betawi, NTT, dan sebagainya. Sedikit banyak jadi tahu seperti apa adat dan kebiasaan orang orang dari luar sana.

Sekarang gue juga masih ngontrak, tapi alhamdulillah... tempatnya lumayan nyaman, ngga seperti dulu. Tetangga tetangga yang ngga pernah kepo, Faktor harga sewa sepertinya juga berpengaruh dengan perilaku para penyewanya meski tidak semuanya sih. Dulu waktu ngontrak dengan harga sewa yang masih lumayan murah... aduuuh... dapet tetangga yang super aneh kelakuannya. Ada yang baik tapi banyak yang kepo dan usil. Beda banget dengan tempat yang baru ini, tapi tetap saja senyaman nyamannya kontrakan, tetap nyaman kalau sudah punya rumah sendiri.

Ahh.. gue ngontrak juga punya alasan tersendiri, meskipun sebenarnya sayang banget duit tiap bulan dikasihkan ke orang. Gue memang ngga berencana buat  punya rumah di Jakarta, gue lebih suka tinggal di kampung dekat dengan orangtua dan mertua, bisa merawat mereka. Kalau ada rejeki lebih baik emang gue tabung. 

HIDUP KONTRAKTOR!!!

No comments:

Post a Comment