Tuesday, August 29, 2017

Baper di SosMed



Hari gini ngga punya akun Instagram, Path, Twitter, Facebook, Whatsapp Messenger...?? Aduuuhh...kamu ketinggalan banget deh!
Benarkah?
Sebenarnya apa sih tujuan kita membuat akun di salah satu atau bahkan semua jejaring sosial itu?
Ada beberapa alasan yang berhasil kukumpulkan, yaitu :

1. Untuk Memperlihatkan Eksistensi

Setiap orang pasti ingin diakui keberadaannya, ini loh aku, ini kegiatanku dan seperti ini loh perasaanku. Banyak yang didunia nyata tidak tampak tapi di dunia maya mereka mampu menunjukkan tajinya. Hayoo ngaku?
Kenapa mereka lebih memilih eksis di jejaring sosial ketimbang di kehidupan nyata? Ada beragam alasan, salah satunya karena mereka tidak berhadapan langsung dengan orang lain. Lain cerita ketika seseorang yang aslinya pemalu, jarang bergaul, dan pendiam tiba tiba disuruh mengungkapkan apa yang ia rasakan langsung dihadapan orang banyak, tentu akan menjadi beban tersendiri. Tapi ketika jari atau foto yang berbicara, rasa canggung itu akan menghilang dengan sendirinya. Tidak semuanya sih... tapi sebagian besar seperti itu.
Persis seperti kalimat kiasan "ketika jari berkata dan  ketika foto berbicara". Apalagi saat postingan foto atau statusnya mendapat respon yang positif dari warganet, waaah...bangga banget pastinya ya..

2. Menjalin Pertemanan

Nah, ini adalah salah satu sisi positif media sosial yang bisa menyatukan kita, yang jauh akan terasa dekat. Melalui media sosial kita bisa menjalin komunikasi lebih akrab, saling berbagi kabar antara yang satu dengan yang lain, menjalin tali silaturahmi, serta ajang bertemu dengan teman teman baru. Bahkan tak jarang, media sosial juga dijadikan sebagai ajang cari jodoh *ehh masih ada ngga ya?
Disini kita bisa berteman dengan siapa saja dan darimana saja.

3. Ajang Promosi

Maraknya bisnis jual beli online membuat sebagian orang yang pandai mencari peluang segera memanfaatkan jejaring sosial untuk mempromosikan produknya.
Ini juga termasuk salah satu tujuan sekaligus manfaat media sosial, menjadi ladang bisnis untuk mereka yang pandai memanfaatkan kesempatan.

4. Menjadi Rumah Kedua

Banyak yang mengklaim, media sosial itu seperti rumah kedua bagi pemiliknya. Tapi aku tidak setuju dengan pendapat ini. Mengapa?
"Sosial" Media, dari namanya saja sudah terlihat jika jejaring ini bisa menjadi konsumsi publik, sedangkan "rumah" dalam arti sebenarnya adalah tempat berlindung, berteduh, melepaskan penat, berkumpul bersama keluarga bagi pemiliknya dan hanya sesekali orang lain bisa melihat kegiatan di dalamnya.
Menurutku, media sosial itu lebih seperti sebuah HALAMAN, dimana setiap orang yang melewatinya bisa melihat apa yang ada dihalaman itu kalau kita tidak pandai pandai memagarinya. Ya! Sebuah pagar itu penting untuk mengontrol apa yang kita perbuat, apa yang kita posting dan apa yang bisa dilihat orang lain, kitalah yang harus mengontrolnya.
Jadi, bijaklah dalam menulis atau memposting sesuatu di media sosial agar tidak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan kita.


Lalu, apa hubungannya media sosial dengan 'BaPer' seperti yang tertulis dalam judul diatas?

Oo...banyak dan erat sekali hubungannya. Seperti yang kubilang, media sosial itu memerlukan kontrol pemiliknya. Tak jarang saat seseorang menulis sebuah status sindiran, tiba tiba saja ada yang merasa sindiran itu ditujukan untuk dirinya, padahal sebenarnya tidak demikian. Lalu terjadilah perang jempol diantara pemilik status dan yang merasa tersindir lewat tulisan. Ini namanya miss communication!
Apalagi jika postingan itu disetting 'public' dimana setiap mata bisa melihatnya. Jangan kaget kalau tiba tiba saja ada yang masuk dan membuat onar disana. Mereka yang tidak saling mengenal biasanya menulis kritikan dengan bahasa yang sepahit empedu. Makanya dewasa ini banyak kata pepatah yang tiba tiba berubah, seperti "Jari itu lebih tajam dari pedang", atau "Luka gores bisa hilang tapi tulisan akan membekas selamanya".
Dan akhir akhir ini, penyakit BaPer di media sosial sudah mencapai taraf akut. So, bijaklah dalam memposting sesuatu. Jauhi SARA dan kebencian, karena ini merupakan ranah yang paling sensitif dan mudah menimbulkan ketegangan.

Berbicara lebih jauh mengenai BaPer versi sosial media, aku punya pengalaman sendiri. Pernah suatu hari aku memposting sebuah foto disertai caption status dengan mengetag/memention/menandai banyak teman. Pikirku...teman teman yang kutandai disini sudah kukenal meskipun kenalnya hanya di dunia maya. Pikirku lagi, semakin banyak yang kutandai, maka akan semakin banyak pula yang merespon postinganku baik melalui like syukur syukur memberikan komentar. Jujur saja, ada kepuasan batin tersendiri ketika postingan itu mendapat respon dari teman teman sosmed kita.
Dan nyatanya, ada yang sebagian berbaik hati meninggalkan jejak di komentar tapi ada juga yang tidak rela namanya kena 'tag di postinganku. Mungkin merasa terganggu karena setiap notif yang masuk ke postinganku juga masuk ke notifikasi teman yang kutandai tadi.
Akibatnya, aku mulai mendapat sindiran lewat status, itu rasanya membuat dada seperti terbakar, pipi terasa panas dan telingan pun ikut memerah. Tak pelak, sindiran balasan kulayangkan di statusku. Teman teman terbagi menjadi 4 kubu. Kok Empat? Iya..empat, satu mendukungku, satu mendukung sainganku, satu menjadi penengah dan sisanya lebih banyak diam dan menonton serta merasa seru karena mendapat berita baru tentang momen sindir menyindir ini.
Dan lebih jauh lagi terjadi aksi pemblokiran ketika merasa sudah tidak ada kecocokan. So, selesailah sudah jalinan pertemanan di sosial media. Kalau hanya Unfriend atau Unfollow, bisalah sesekali kita menengoknya ketika tiba tiba muncul rasa penasaran seperti apa kabar teman kita itu sekarang. Tapiii..kalau sudah diblokir, ya Bye Bye...sampai si pemblokir suka rela membuka blokirannya.



Sebenarnya perlu ngga sih apa yang kita rasakan, apa yang kita lakukan itu di posting di media sosial?
Jawabannya ada pada hatimu, karena kadar kepentingan setiap orang itu berbeda. Ada yang merasa perlu memposting apa yang dirasakannya dengan tujuan untuk mengurangi beban di hati, tapi tak jarang juga yang memposting sesuatu di sosmed itu yang tujuannya hanya untuk 'pamer'.
Pamer? Enggaklah...kan ini untuk dokumentasi pribadi, kan ini sebagai bentuk ungkapan rasa syukur... kan postingan foto ini untuk penyemangat buat yang lain. Biasanya seperti itu jawaban mereka. Makanya disini aku bilang, apa sih tujuan kalian memposting sesuatu di media sosial itu? Dan jawabannya masih ada pada 'hatimu' *eaaaa

Makanya kubilang disini, media sosial itu memerlukan kontrol pemiliknya. Beri pagar, kasih batasan, jangan setiap hal sekecil apapun harus diposting di media sosial. Jangan biarkan orang lain masuk ke ranah pribadimu dan mengganggu ketenangan hidupmu. Prinsipnya, kalau tidak mau diganggu ya jangan mengganggu. Caranya,
1. Bijaklah dalam memposting apapun itu
2. Tulis dengan bahasa yang baik dan sopan
3. Gunakan bahasa yang sopan ketika berkomentar
4. Hindari berdebat yang menjurus ke arah SARA dan kebencian
5. Jangan menyebarkan berita Hoax atau yang belum jelas kebenarannya
6. Jangan mudah terprovokasi


Bukan berarti ngga boleh BaPer yaa...boleh bangeet, apalagi kalau liat foto mantan bahagia sama pasangan barunya *eaaaa, baper ngga ketulungan deh!

No comments:

Post a Comment