Friday, September 15, 2017

Tantangan 1000 Kata sehari selama 180 Hari | Belajar Menulis | Day 1

Bismillah

DAY 1

Seperti yang dibilang oleh Bang Darwis Tereliye, untuk belajar menulis yang utama itu harus punya “komitmen”
Belajar dari apa yang dikatakan beliau dalam video Youtube yang baru saja kutonton, salah satu cara membangun komitmen agar bisa menjadi seorang “penulis” itu dengan terus menulis, tentang apapun.
Bang Tere Liye memberikan tipsnya, agar setiap hari menulis minimal 1000 kata selama 180 hari, tanpa terputus. Jika kita baru mencapai hari ke 30 dan tiba tiba lupa atau malas menulis, maka komitmen ini harus diulang dari awal.
Ide menulis bisa apa saja, tak perlu harus satu ide atau cerita beruntut. Apa yang kita rasakan, apa yang dipikirkan, apa yang dialami, tulis saja!
Dan hari ini adalah komitmen pertamaku untuk mulai menulis. Tulisan pertama yang dimulai dari sebuah niat dan semangat yang tiba tiba terbakar begitu melihat youtube saat TereLiye membagikan ilmu tentang tips tips menulisnya. Oke bang..akan kucoba tipsmu ini.
1000 kata perhari...apa susahnya. Berucap lewat mulut saja sampai tidak terhitung jumlah kata kata yang kukeluarkan saban harinya, masa menulis saja kebingungan.
Kalaupun nanti alpa, setidaknya aku pernah memiliki semangat itu. TIDAK!! semoga tidak terlupa, karena aku ingin komit menjalani dunia yang menjadi hobbyku sejak masih sekolah dasar.
Kalau aku mulai lelah, aku akan mengingat masa masa dimana aku begitu menggebu ingin menjadi penulis. Ketika itu masih kelas 5 Sekolah Dasar, setiap hari menulis di buku, kukirimkan ke redaksi majalah bobo meskipun tak pernah kudapat balasan hingga kini^^. Atau ketika ibu guru menanyai tentang cita cita, dengan lantang kujawab sambil berdiri di depan kelas, “cita citaku ingin menjadi wartawan, bu!”
Kenapa dulu aku bercita cita jadi wartawan, karena dulu yang kutahu, wartawan itu selalu menulis tentang apa saja. Dan saat itu aku belum mengenal profesi penulis seperti sekarang.
Balik lagi ke masalah komitmen tadi, semoga aku tidak terlambat menyadarinya dan semoga saja aku belum kehilangan kesempatan itu. Memang sih, sekarang sudah tidak bisa dikatakan muda lagi, tapi jiwa penulis dalam dadaku ini masih sama seperti dulu. Hanya saja banyak hal yang telah kulewati sehingga membuatku kehilangan momen menulis lebih awal. But, it’s okey! Aku tidak menyesal, dan tidak akan menoleh kebelakang untuk menengok masa masa yang telah hilang itu. Karena sekarang aku punya masa depan baru. Menulis hobbyku, aku akan memulainya dari sini. Hari pertama ini akan menjadi sejarah dimana kekuatanku bangkit dan menyala kembali. Kekuatan, semangat dan komitmen untuk berjuang menyusun lagi puzzle puzzle tantangan untuk menjadi penulis sejati. Ganbate!!!
Tapi ngomong ngomong… 1000 kata itu ternyata banyak juga yaaa..
Barusan berhenti sejenak dan iseng menghitung kira kira berapa kata yang kudapat sampai tulisan “Ganbate!”.
Mau tahu berapa? Ternyata separohnya juga belum ada, baru kira kira 350 kata. Dan sekarang tarian tanganku mulai melambat.
Mulai dari sini, rasa kagumku pada para penulis makin besar. Mereka sanggup dan komit menyelesaikan apa yang telah mereka mulai. Tere liye, Andrea Hirata, Dee Lestari, Asma Nadia, tak cukup dua jempol untuk mereka. Bahkan yang kutonton tadi di YouTube, rata rata para penulis yang produktif itu mampu menyelesaikan karya novelnya rata rata dalam waktu satu bulan. Wow!! Aku sempat melongo waktu bang Darwis Tere liye bilang begitu. Kenapa? Soalnya aku yang mencoba menulis hanya sekedar menulis tanpa alur dan tidak jelas apa maksud tulisanku saja, aku perlu berpikir beribu ribu kali untuk menyelesaikannya. Dan mereka sanggup menelurkan karya yang terkenal, dan sanggup membius pembacanya hanya dalam waktu satu bulan. Wow!! Sekali lagi wow!!
Oke! Kembali ke komitmen tadi. Aku tidak boleh menyerah, tidak boleh kalah walau apapun yang terjadi. Aku ingin menjadi penulis sejati, bukan penulis semau hati. Aku mau belajar, aku mau terus menulis meskipun usia tak lagi muda tapi aku pasti sanggup bersaing dengan yang muda.
Dibalik kesibukanku sebagai ibu, akan kuluangkan sedikit waktu untuk mengasah kemampuanku. Aku mau membuag hidupku lebih berarti, dan salah satu caranya adalah lewat tulisan. Kata kata bisa hilang, tapi tulisan akan awet dikenang, apalagi sekarang internet menjamur. Menulis, menulis dan terus menulis. Hanya satu kata ini yang kutanamkan dalam memoriku sekarang. Aku ingin membangun komitmenku yang hilang dulu. Memulainya lagi dari nol. Aku percaya kalau aku bisa.

Oke..terhenti lagi.
Ternyata memang tidak mudah. Tiba tiba saja blank dan otak kehilangan ide. Tapi tulisan belumlah cukup 1000 kata.
Berat! Ohh tidak! Karena aku sudah punya komit buat menyelesaikan apa yang kumulai. Pantang menyerah sebelum berhasil.
Asal pandai pandai menemukan waktu yang tepat, pasti 1000 kata sehari bukan masalah besar. Ya 1000 kata. I hope, I can do it!
Yaaah..meskipun waktu luangku tak sebanyak saat muda dulu. Karena sekarang ada dua anak yang sedang membutuhkan perhatian ekstra dari ibunya. Apalagi jika anak anakku melihat ibunya asyik berkutat di depan laptop atau gadgetnya. Hmm...bisa ditebak, properti itu pasti akan berpindah tangan. Dan aku cuma bisa pasrah. Sipp!! Ternyata tantanganku bukan cuma menaklukkan seribu kata, tapi juga menaklukkan waktu, mencuri curi kesempatan dan waktu luang agar bisa menyalurkan hobbyku.

Jadi, apa inti dari tulisan pertama tantangan 1000 tulisan selama 180 hari ini?
Tidak ada maksud apa apa! Karena tulisan pertama ini benar benar tulisan yang mengalir melalui jariku tanpa pemikiran yang mendalam. Tanpa perlu karakter, sudut pandang dan tujuan. Semua mengalir begitu saja. Ibarat baru pemanasan tapi masih level persiapan alias level niat. Semoga berlanjut.
Penulis penulis terkenal itu sama sama manusia sepertiku, yang membedakan hanya pengalaman dan pendidikan mereka.
Yah, pendidikan...sayangnya pendidikanku bukan berasal dari basic sastra. Aku hanya belajar otodidak melalui pengamatan. Jadi, adakah diantara para penulis kenamaan itu yang hanya punya ijazah setaraf SMA?
Oh, pasti banyak yang menjawab tidak. Sedih...tapi sekali lagi komitmen menguatkanku dan menghapus bayang bayang akan rendahnya pendidikan yang kukenyam dibanding mereka. Menulis hak semua orang, semua umur, kalangan, tidak peduli gender dan pendidikan.
Dan pastinya jika tulisan itu terpilih untuk diterbitkan, sudah pasti bobot tulisan menjadi pertimbangan penerbit bukan tentang pendidikan penulisnya.
Jadi, buat apa takut menulis hanya karena tingkat pendidikanku?
Yaah...meski tidak kupungkiri soal kualitas tulisan. Mereka yang berpendidikan tentu akan menghasilkan tulisan yang lebih terarah dan berkualitas. Tapi mau bagaimana lagi, nasib belum memihakku untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Tapi bukan berarti aku berhenti belajar. Aku masih terus belajar sampai sekarang, apalagi sekarang media belajar semakin mudah.

3 Jam
Untuk 1000 kata pertama ku ini, tak terasa sudah hampir menghabiskan 3 jam waktuku. Ada bagian dimana tulisanku mengalir seperti air, tapi ada juga bagian dimana tiba tiba stuck dan ide nyaris menghilang dari kepala. Ada juga saat harus dijeda karena anak anak dan suami meminta disiapkan makan malam atau saat perhatianku tiba tiba fokus ke film di tivi yang dinyalain anakku. Aaargghhh….!! Jangan menyerah!
Sekali lagi sampai disini, ide terhenti.
Dan aku harus berpikir keras untuk memenuhi target 1000 tulisan pertama.
Memang benar apa yang dijanjikan Tere liye, kalau sanggup menulis 1000 kata setiap hari selama 180 hari, kita bisa menjadi penulis, “pegang kata kataku” begitu kata bang Tere liye.
Di 1000 kata awal saja, ada banyak coretan yang terhenti. Semog besok bisa lebih lancar tanpa hambatan untuk menuangkan tulisan.
Wish me luck! Berharap bisa menyelesaikan tantangan ini. 180 hari ya? Berarti kira kira 6 bulan, OMG!!!! Setengah tahun!! Kok aku baru sadar???
Begitu hebatnya kalimat Tere liye yang memicu semangat banyak orang. 6 bulan diganti menjadi 180 hari. Coba dia bilang, kalian menulislah 6 bulan berturut turut tanpa berhenti, 1000 kata setiap hari. Tentu mereka yang mendengar akan menyerah sebelum bertanding.
Tapi tidak! Karena sudah kumulai, maka harus bisa kuakhiri. Ciayoooo!!!

No comments:

Post a Comment