Saturday, September 16, 2017

Tantangan 1000 Kata Sehari selama 180 Hari | Belajar Menulis | Day 2

Bismillah

Day 2

Hari ini, Sabtu 16 September 2017. Hari kedua aku memulai usaha menulis 1000 kata per hari selama 180 hari. Doakan ya, semoga semangat ini akan terus ada dan menyala.
Kali ini aku mau cerita soal kerinduan. Apa sih rindu itu? Aku yakin setiap orang pernah mengalami perasaan ini. Perasaan dimana kita seperti ingin bertemu sesuatu hal dan lebih tepatnya ingin bertemu seseorang yang telah lama tidak dijumpai. Yang aku rindukan bukan mantan. Karena sudah kubuang jauh ke dasar laut mediterania sana. Karena aku ngga percaya dengan istilah mantan terindah, kalau indah..kenapa harus jadi mantan?
Back to Rindu yang kurasakan. Aku rindu sama cewek kecilku, anak perempuanku. Sudah sebulan ini dia tinggal jauh dariku bersama kakek neneknya di kampung. Makin rindu karena dia ngga pernah mau ditelepon dan ngobrol denganku. Malah katanya mau sekolah di kampung saja, di kampung lebih enak, dingin dan ngga ada yang suka marah marah sama dia.
Duh gusti...sebegitu galakkah diriku sampai anakku merasa begitu? Nak, ketahuilah, aku marah tentu ada sebabnya. Karena tidak mungkin seorang ibu itu marah tanpa alasan. Yaah..memang terkadang kuakui di saat mood sedang buruk, anak anak selalu menjadi sasaran. Tapi setelahnya selalu datang penyesalan yang teramat dalam.
Aku kangen, rindu ingin memelukmu nak..
Mama belum bisa menjemputmu karena harus menemani kakakmu disini yang sebentar lagi masuk Ujian Tengah Semester. Meski kangen sudah menggebu, tapi baiklah kusimpan dulu.

Jadi seperti ini ya rasanya menjadi ibu, kangen dengan anak anaknya ketika mereka jauh. Tapi apakah seperti itu juga yang dirasakan anak anak?
Jawabannya lebih banyak tidak!
Anak anak selalu asyik dengan dunianya, anak anak lebih memilih aktifitas yang menyenangkan daripada harus mengobrol dengan orang tuanya. Mereka lebih memilih jalan bersama teman teman daripada bersenda gurau dengan ayah bundanya. Sudah menjadi rahasia publik, orang tua akan terus memikirkan anak anaknya meskipun anak anak itu telah dewasa dan mampu menggenggam dunia. Tapi anak, seiring waktu mereka akan menjadi milik keluarga barunya, memikirkan keluarga kecilnya, dan asyik dengan kesibukan dunianya. Orangtua? Itu bagian saat liburan dan lebaran tiba. Itupun jika ada kesempatan cuti dan uang untuk pulang menemui bapak ibunya.
Nelangsa ya...tapi begitulah hukum alam. Yang tua tersisihkan. Mungkin seperti inilah yang dirasakan bapak ibu kepadaku.
Anak kesayangannya ini sekarang tinggal jauh dari mereka. Dalam hitungan tahun kurang lebih hampir 12 tahun terpisah dan hidup berjauhan dari orang tua.
Oh Tuhan, aku ngga boleh egois. Baru satu bulan terpisah dari anak perempuanku yang lagi liburan di kampung, kangenku sudah menggebu gebu. Bagaimana dengan bapak ibuku? 12 tahun lamanya anak perempuannya ini jauh dari mereka. Tak terbayang rasa rindu yang mereka tanggung. Seringkali setiap lebaran tiba, aku memilih tak pulang, bohong kalau bilang tak ada ongkos. Karena perusahaan tempat suami bekerja selalu memberi THR. Bohong kalau tak ada hari libur, karena perusahaan suami boleh mengambil cuti dan anak anak juga punya jatah libur di hari raya. Alasannya klasik, males kena macet dijalan. Padahal lebaran tidak setiap bulan, lebaran setahun sekali.
Dan perjuangan terjebak macet dijalan itu belum seberapa dibanding besarnya pengorbanan ibu melahirkanku ke dunia, dan tak ada sekuku hitam dibanding tetesan keringat bapak yang berjuang mencari nafkah demi membesarkan anak anaknya. Aaah..aku memang belum bisa menjadi anak yang membanggakan orang tua. Untuk mengobati kerinduan mereka saja aku tak mampu.

Next..
Tulisanku diatas dimulai dari pagi hari setelah menyelesaikan tugas memasak dan menyiapkan sarapan pagi buat suami dan anak. Terhenti berjam jam karena tugas rutin yang sudah melambai lambai. Ya..setrikaan yang segunung, karena memang aku menjadwalkan setrika seminggu sekali. Tahu sendiri kan gimana borosnya pulsa listrik akhir akhir ini. Sebagai ibu rumah tangga yang bijak, wajib tahu gimana caranya mengurangi beban listrik biar nggak membengkak. Salah satunya itu, setrika seminggu sekali. Walaupun pas ketemu trus lihat pakaian yang menggunung itu rasanya mau muntah, nangis jungkir balik dan kalau perlu guling guling. Tapi percuma juga, biarpun kulakukan semua, setrikaan ngga bakal berkurang kalau ngga segera dikerjakan.
Fix! Waktuku tiap weekend tersita dengan jadwal menggosok yang super padat.
Dan yang membuat weekend ini istimewa sampai aku kehilangan banyak waktu me time itu tak lain tak bukan karena anak cowokku senin besok UTS. Double deh tugasku weekend ini. Sanggup ngga sanggup harus dijalani. Jadi inem sekaligus jadi guru les private.
Mending kalau murid yang diajarin itu nurut, ngerti dan ngga ngeyel. Ini...bikin aku nangis bombay, huhuhuu
Sudah salah, ngeyelnya ampun ampunan deh. Udah gitu, kalau aku sudah mulai pusing, kubentak sedikit anaknya langsung nangis. Bisa ditebak, nangis itu jadi alasan buat dia biar belajarnya berhenti dulu. Pinter banget kan membuat mamanya stress tingkat akut.

Nah..itu tadi dua alasan kenapa aku menghentikan tulis menulisku berjam jam. Tapiii..komitmen itu masih kujalani kok. Iyalah..baru Day 2 masa sudah nyerah. Dan sekarang mulai lanjut lagi menarikan jemariku diatas tuts tuts smartphone. Karena memang aku menulis ini di handphone ku. Lebih pegel sih, karena medianya ngga selebar kalau pakai laptop. Tapi lumayan praktis menurutku, karena aku bisa menulis dimana saja. Lagi istirahat sebentar, langsung ketak ketik di kasur, sambil nonton tivi, mata sama tangan fokus menulis, acara tivi...abaikan. Ngga bagus juga sih, ngapain juga nyalain tivi kalau ujung ujung ngga ditonton. Gitu deh, namanya juga ibu ibu. Tivi, hp, dapur, cucian, setrikaan, sapu, itu teman teman terbaiknya. Dimana ada ibu ibu, disitu mereka siap menemani, hehee.

Lanjuuuttt!!
Loh! Setelah kubaca baca kok tulisanku menyimpang dari tujuan utama ya? Bukannya awalnya itu aku ingin cerita tentang kerinduanku pada anak cewekku yang sampai hari ini masih betah di rumah embahnya di kampung. Masih rindu, masih kangen, tapi sudah agak terobati karena baru saja si kecil nan enduts itu menelepon panjang lebar dan bercerita banyak hal padaku. Makanya tiba tiba tulisanku diatas berubah haluan. Karena rasa kangenku tadi sedikit terobati, jadi rasa mellow nya agak berkurang. Gini ya rasanya jadi ibu, cuma di telp aja udah seneng banget. Ngga bisa membayangkan bagaimana rasanya kalau nanti anak anakku sudah dewasa dan punya kesibukan di dunianya sendiri. Untuk bertemu harus tunggu hari libur, punya waktu dan biaya. Oh God, semoga kelak anak anakku akan selalu rajin berkunjung ke rumah orang tuanya. Jangan jadi sepertiku, yang pulang hanya setahun sekali dan itupun terkadang memilih tak pulang. Jadi aku harus kehilangan momen kebersamaan dengan bapak ibuku. Sedihnyaaa.. pak..mak (aku memanggil ibuku emak) maafkan anakmu ini ya, terkadang rasa rindu melanda. Rindu kembali ke masa dimana aku selalu dimanja, dimasakin enak, rindu canda bapak yang selalu bisa membuat seisi rumah tertawa lepas. Rindu emak yang jika memberi nasihat melebihi panjangnya rel kereta api, rindu adikku yang bandelnya minta ampun. Tapi itu masa lalu. Yang aku tahu..waktu takkan bisa diputar kembali, bahkan untuk terhenti juga mustahil. Waktu berjalan, dan aku harus melangkah ke depan mengejar sang waktu. Memperbaiki diri dan belajar menjadi anak yang berbakti agar aku bisa menebuz kerinduan yang hilang ini.

Love U ...emak..bapak

No comments:

Post a Comment