Wednesday, February 21, 2018

Mimpi Penulis Kecil



Ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, mendengar kata "wartawan" akan membuatku terpesona dan entah kekuatan dari mana, tiba tiba aku bisa membuat tulisan hingga berlembar lembar folio. Ya, tulisan yang mengalir begitu saja.
Wartawan adalah profesi yang mengagumkan, meliput dengan gagah berani di tengah arena kericuhan, melaporkan berbagai fakta di setiap kejadian, berburu foto, bergerak cepat di segala tempat. Itulah yang terbayang dan terlintas di benak kecilku dulu. Tidak heran jika setiap ditanya, "apa cita citamu?", maka dengan mantap kujawab, "wartawan".

Terlahir dari keluarga petani yang tinggal di pedesaan di lereng gunung Merbabu, kurangnya pendidikan yang dikenyam kedua orang tuaku, membuatku harus memadamkan cita cita itu. Bisa sekolah dan diterima di sekolah negeri itu merupakan sebuah prestasi, salah satu alasannya adalah karena biaya yang murah. Dulu sekolah negeri juga dikenakan biaya SPP bulanan tapi tidak semahal sekolah swasta. 
"Yang penting kamu bisa sekolah sampai SMA to nduk... punya ijazah buat melamar kerja...", itu yang dikatakan bapak dan ibu. Karena keadaan ekonomi keluarga yang pas pasan, bisa meneruskan pendidikan ke jenjang sekolah menengah itu menjadi anugrah tersendiri, di desaku banyak yang berhenti sekolah di tingkat dasar. Untungnya sekarang masyarakatnya sudah maju dan mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak, tidak seperti dulu yang beranggapan kalau tujuan sekolah itu hanya untuk mencari kerja.

Tapi sepertinya cita cita masa kecilku tidak pernah padam. Terbukti setiap tiba waktu luang, aku terus mengasah kemampuan menulisku. Membuat artikel, cerita pendek, menulis puisi yang kemudian kukirimkan melalui POS ke majalah anak anak. Karya tulis yang benar benar murni tulisan tangan seorang anak yang belum tersentuh tekhnologi dan terpengaruh hiruk pikuk dunia luar.
Sampai suatu ketika, menginjak remaja dengan pergaulan yang semakin luas dan jaringan pertemanan yang bertambah, membuat kegiatan menulisku terlupakan. Aku asyik dengan dunia baruku, asyik berpetualang dengan teman temanku. Ya..masa remaja, masa masa SMA menjadi puncak kenakalanku sebagai seorang anak. Bolos sekolah, menggelapkan uang SPP, sering terlambat, rambut diwarnai, baju tidak rapi, dan seabreg catatan hitam menjadi sejarah kelam masa remajaku yang kusesali tapi juga menjadi memory manis dimasa kini. Bisa ditebak, sekolah menengah di sekolah kejuruan yang sama sekali bukan keinginanku, menghasilkan prestasi terburuk di masa sekolah. Dan ini menambah daftar penyesalanku, kenapa aku dulu menyia nyiakan kesempatan sekolah yang diberikan orangtuaku sedangkan di luar sana banyak anak anak yang tidak beruntung dan tidak bisa mengenyam nikmatnya bangku pendidikan.

Dua tahun berikutnya aku masuk bangku kuliah, setelah 1 tahun kugunakan untuk bertualang dan sedikit mencoba peruntungan di dunia kerja, yang hasilnya malah membuat keluargaku terjerumus dalam jeratan hutang investasi bodong. Maklumlah, baru lulus SMK kemudian tergiur tawaran kerja dengan posisi yang menjanjikan. Minimnya pengalaman membuatku jatuh dalam lubang penipuan. Tapi orangtuaku tak pernah berhenti memberi support. Mereka sadar, jika keluarga kami tidak berpendidikan maka akan menjadi sasaran empuk para penipu di luar sana. Jadi, ketika aku menyampaikan keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tanpa banyak bertanya, bapak dan ibu lamgsung mengijinkan. Aku mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di salah satu Universitas Swasta dikotaku.
Lumayanlah..dari sini aku bisa kembali menekuni dunia yang pernah hilang, dunia tulis menulis. Sayangnya aku belum bisa fokus mengejar mimpiku, karena aku kuliah sambil kerja, jadi tidak banyak waktu luang yang tersisa.
Lepas kuliah, menikah.....
Sempat melupakan hobbyku karena asyik dengan kegiatan baruku mengurus keluarga, tiba tiba asa itu datang lagi. Apalagi suami seorang IT komputer di perusahaannya. Laptop, modem, printer yang saat itu masih menjadi barang mewah bisa kumiliki karena suami yang menyediakan. Mulai berselancar di dunia maya, asyik membaca, dan akhirnya aku punya blog sendiri. Di blog ini aku bisa menulis apa saja, diaryku, perjalananku, perasaanku dan semuanya. Setitik mimpiku menjadi penulis mulai nyata meskipun hanya menulis di blog pribadi.
Dan sekarang semangat untuk memulai dari nol lagi. Tak ada kata terlambat untuk mengejar mimpi. Yakin! Mimpi itu suatu saat akan terwujud jika kita tidak pernah berhenti untuk menggapainya.

No comments:

Post a Comment